
Semalam saya mengisi penuh tangki bensin Vario 125 dengan bensin ron 92 di SPBU plat merah. SPBU langganan yang hampir tiapa hari saya satronin, maklum perjalanan pergi pulang kerja saya memang cukup menguras isi tangki bensin matic 125cc itu. Hampir kosong, dan setiap pulang sebelum sampai rumah, saya akan mampir SPBU ini untuk refill agar besok pagi tidak perlu lagi memikirkan bbm di perjalanan.
“Penuhin” ucap saya pada petugas SPBU.
Pettugas melakukan tugasnya dengan baik. Tangki diisi bbm penuh hingga luber di bibir tangki. Tertera angka 47.250 dengan jumlah BBM terkucur 5,25L. Saya serahkan uang lembaran biru, 50 ribu rupiah, petugas mengembaikan uang 2ribu perak. Cukup. Saya tidak akan membahas selisih rupiah dari angka tersebut. Anggap saja petugas tidak memiliki uang receh.

Mungkin ini masalah klasik yang sudah menjadi lumrah, salah tapi kaprah. Yang jadi perhatian saya, yang pernah berlangganan SPBU non plat merah, dimana ada tombol dispenser BBM yang bisa menghentikan kucuran BBM pada bilangan ribuan saat jelang tangki penuh, sehingga petugas tetap bisa mengembalikan uang pada kelipatan ribuan dan pelanggan tidak merasa dirugikan.
Permasalahan kedua adalah, jika memang keadaannya harus seperti itu, dalam hal ini fitur dispenser yang tidak mendukung, paling tidak petugas punya basa-basi dengan sisa rupiah yang semestinya menjadi hak si pelanggan. Ayolah, bahkan di Alf*mart dan Ind*mart, saat ada kembalian uang 200 perak, petugas akan menanyakan, “Apakah sisa kembalan boleh disumbangkan?” , mereka bisa mengganti bahasa itu dengan bahasa lain yang membuat pelanggan lebih dihargai, paling tidak ada ijab qobul agar nilai rupiah yang tidak seberap itu menjadi halal.
Saya bukan manusia medit, bahil bin koret yang mempermasalahkan uang kecil yang seolah tidak bernilai itu, tapi saya kasihan sama petugas dan pemilik SPBU, jika dari sekian banyak pelanggan, semua dengan ikhlas, sukarela. No problemo. Tapi jika sebagian mereka tidak mengikhlasakan, maka nilai yang tidak seberapa itu bisa menjadi duri dalam daging. Mengganjal keberkahan dari total rejeki yang harus mereka terima.(tri)