Balap Malam Sirkuit Jalanan, Seru

Balap Liar?

image
Hayate Terdjameen

Bukan, meski agak mirip, tapi ini bukan balap liar atau sengaja balapan malam-malam. Bukan sama sekali bukan,

Sebelumnya saya sudah pernah posting, entah di blog ini atau di blog sebelah, bahwa semenjak pandemi melanda Indonesia dan berhenti serta berubahnya jadwal kereta api lokal (KA Lokal) Karawang, saya kembali melakukan mobilitas menggunakan roda dua alias sepeda motor.

Untuk saat ini saya dominan menggunakan Honda Vario 125 keluaran tahun 2018. Tapi kadang berganti Suzuki Hayate 2011 dan Kawasaki Ninja 250 FI 2016. Pernah juga menggunakan Bajaj Pulsar 220Dts-i. Lantas kapan balapannya?

Balap disini sebenarnya lebih kepada teman seperjalanan yang bertemu secara kebetulan di jalan, tidak kenal dan juga tidak tegur sapa serta tidak ada kesepakatan apapun, tahu-tahu sudah sama-sama betot gas. Profokasi dan terprokasi entah siapa yang jadi subyek utama, rasanya tidak ada yang merasa dirugikan, karena mungkin sama-sama menganggap teman seperjalanan dan ‘sepelarian’.

Balap malam yang saya ikuti tidak memiliki kelas kubikasi maupun jenis sepeda motor, semua peserta bebeas menggunakan tunggangannya, karena di sirkuit jalanan kecepatan, kubikasi mesin lebih besar, model kendaraan dan sebagainya, tidak menjamin kemenangan. Apalagi memang tidak ada yang mencari pemenang.

Oh iya, mengapa hanya balap malam bukan balap siang?

Pada malam hari, lalu lintas cenderung lebih sepi dan entah sebab lainnya apa, yang pasti, balap ini cenderung terjadi pada malam hari. Sirkuit utama yang dilalui antara Bekasi Kota hingga Jalan Baru Karawang. Panjang juga ya? Ya itu memang jalan yang saya lintasi. Kerap juga terjadi prgantian pembalap beserta kendaraannya, alias, lawan pertama sudah sampai tujuan di Cikarang, lawan berikutnya ketemu di Lemah abang dan seterusnya.

image
Pernaha jaya pada masanya

Dalam balap malam, seperti yang sebutkan di atas, bahwa sepeda motor yang memiliki fitur lebih, baik jenis maupun kubikasi mesin, tidak menjamin kemenangan, sport fairing 150cc belum tentu menang melawan skutic 125cc. Karna ketepatan dan kecermatan pengendara dalam memabaca lalu lintaslah yang memegang peranan penting. Jadi harus tepat dalam spekulasi lalu lintas, meski hanya mengandalkan feeling.

Misal saat sama-sama hendak mendahului atau menyalip mobil, mau ambil sisi kanan atau kiri. Mungkin sisi kanan lebih lega, tapi apakah setelah menyalip mobil tersebut, di depan sana ada penghalang lain, misal kakek-kakek yang mengendarai sepeda motor dengan pelan dan membuat ragu atau kendaraan lain. Bisa jadi di sisi kanan, di depan sana ada jalanan yang berlubang, sehingga si mobil cenderung melintas sisi kiri jalan. Ketepatan feeling membaca bukan sekedar lalu lintas yang terlihat tapi juga faktor dari pengendara non peserta serta kondisi jalan sangat berpengaruh dalam balap jalanan tanpa persiapan ini.

Kisah unik pernah saya alami, saat itu saya dan beberapa sepeda motor sedang balapan alias satu arah dengan kecepatan di atas rata-rata kendaraan lain. Salah satu pesertanya menggunakan Kawasaki Ninja RR alaias sport fairing 2 tak yang kemrincing, sedang saya hanya mengguankan Suzuki Hayate. Dari jenis sepeda motor ini, jelas saya kalah telak dan di antara peserta, sayalah yang paling inferor. Tapi apakaha saya kalah?

Saya sempat memimpin balapan, tiap melewati jalanan yang jelek dan berlubang, saya memberi kode dengan kaki maupun dengan tangan, sehingga pengendara di belakang kelamaan memahami kode yang saya lakukan, dan mereka menghindari titik-titik yang saya tunjuk. Uniknya saat lewat jalanan yang jelas mulus, si Ninja enggan menyalip saya, tetap berada di belakang saya dengan suara kemrincingnya, mungkin dia belum sepenuhnya paham kondisi jalan yang dia lalui, jadi merasa lebih aman dengan berada di belakang saya yang siap menjadi road captain dnegan memberikan warning akan sesuatu yang berbahaya.

Kisah lain, saya yang mengendarai Bajaj Pulsar 220 melawan Honda CBR 250R single silinder CBU Thailand, saya sempat menggeber si Pzzo hingga 90rb rpm, dan kerap mengendurkan throtle gas, sadar diri, dari kubikasi saja saya kalah apalagi si Jalitheng saat itu mengaplikasi ban gambhot yang membuat dia makin loyo, saya bermaksud menyarankan si CBR untuk duluan, tapi ternyata dia memeilih tetap di belakang saya layaknya sweaper dan mempersilahkan saya menjadi road captain sampai jalur kami berpisah di Lingkar luar Tanjungpura.

Kisah lain, masih banyak, mungkin lain kali saya kisahkan. Biar blog ini tidak lumutan. Terimakasih sudah berkenan membaca, tetap fokus di jalan, hindari emosi apalagi ambisi, pengguna jalan lain adalah sahabat perjalananmu, maka, lindungilah mereka (tri).

Iklan

4 respons untuk ‘Balap Malam Sirkuit Jalanan, Seru

Enter your comment...

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.